TEMPO.CO , Paris:Paket bom yang meledak di dekat Kedutaan Besar RI di Paris sebenarnya diletakkan di dalam gedung, lalu dipindahkan oleh seorang petugas kebersihan. "Kami memang mendengar kabar bom sempat diletakkan di dekat KBRI, lalu dipindahkan seseorang," kata Kepala Bidang Penerangan dan Sosial Budaya KBRI Prancis, Arifi Saiman Rabu 21 Maret 2012.
Daily Mail kemarin melaporkan hal tersebut. Namun, menurut Arifi, "berdasarkan pengecekan internal, tak ada staf atau orang KBRI yang memindahkan paket tersebut."
Sebuah bom meledak di luar gedung Kedutaan Besar Indonesia di Paris, Prancis, kemarin pagi. Ledakan terjadi sekitar pukul 05.15 waktu setempat ketika jalanan sepi. Ledakan itu memecahkan kaca-kaca jendela dalam radius 50 meter dan menyulut api pada dua mobil yang diparkir dekat persimpangan jalan.
Lokasi ledakan berjarak 15-20 meter di seberang Kedutaan Besar, yang berada di gedung Rue Cortambert. Serangan tak menimbulkan korban luka tapi merusak kaca-kaca jendela. Polisi langsung bergegas melakukan penyelidikan. "Korban ledakan adalah gedung perkantoran sekaligus apartemen di seberang kami," katanya.
Garis polisi tampak terlihat di lokasi ledakan berupa lubang sedalam sekitar 10 sentimeter. Kantor KBRI tetap beroperasi. "Layanan kepada publik tetap dibuka seperti biasa," ujar Arifi. KBRI, kata Arifi, sudah menyerahkan rekaman kamera pengawas (CCTV) kedutaan kepada polisi.
Kepada wartawan, Kepala Staf Kepolisian Prancis Jean-Lous Fiamenghi mengungkapkan, tas yang berisi bom itu dipergoki berada di bawah jendela Kedutaan oleh seorang pekerja kebersihan. "Dia melihat isi tas, membukanya, dan berpikir itu pasti sebuah bom begitu melihat sebuah kaleng yang ditempeli kabel-kabel,” ucap Fiamenghi. »Dia kemudian menjatuhkannya, meninggalkan area, dan memanggil polisi. Saat itulah benda tersebut meledak.”
»Tak ada korban atau orang yang terluka, tetapi orang-orang di flat lokasi itu kaget,” Fiamenghi mengimbuhkan.
Melihat besarnya ledakan, dia menduga paket bom mengandung »beberapa kilogram bahan eksplosif”. Polisi Prancis masih intensif menyelidiki motif serangan itu. Hingga kemarin belum ada kelompok atau individu yang mengklaim bertanggung jawab.
Dalam catatan KBRI, ledakan bom kali ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan serangan pada 8 Oktober 2004, yang melukai 10 orang, termasuk empat anggota staf Kedutaan. Pelaku serangan delapan tahun lalu itu belum diketahui hingga kini.
Di Jakarta, kepolisian Indonesia belum bisa menetapkan keterkaitan bom itu dengan kelompok teroris di Indonesia. "Belum bisa disimpulkan. Kami butuh data, bukti, dan kesaksian dari tempat kejadian (Paris)," kata juru bicara Kepolisian RI, Irjen Saud Usman Nasution, saat dihubungi kemarin.
Pengamat terorisme Dynno Chresbon menduga penyerang KBRI adalah kelompok yang sama dengan kejadian 2004. "Mereka menamakan diri Front Islam Prancis, jaringan Anshar al-Muslimin Maroko," katanya. Namun belum ada pernyataan resmi dari jaringan itu.
Menurut Dynno, jaringan ini juga terlibat pembuatan bom mobil di Cibiru, Bandung, oleh kelompok Tawheed Wal Jihad. Bom ini sedianya diledakkan pada Agustus 2010, namun keburu digulung polisi. Mobil itu adalah Mitsubishi Galant B-1600-KE yang diperoleh dari Frederic C. Jean Salvi, warga Prancis keturunan Maroko anggota Anshar al-Muslimin Maroko. Salvi masih diburu.
Irjen Polisi Saud membantah adanya keterkaitan ledakan terbaru dengan kelompok teroris Cibiru. "Kita tunggu dulu data dari mereka," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar