Flash Vortex

Mini Map

free counters

Kamis, 22 Maret 2012

Dahlan Iskan Perlu Lebih dari Sekadar Marah

Selasa (20/3) pagi, Menteri BUMN Dahlan Iskan mengamuk saat mengantre masuk tol di gerbang Senayan. Ia turun dari mobilnya dan membuka dua loket yang belum beroperasi—karena petugas terlambat datang.

Insiden tersebut menarik perhatian pada kinerja PT Jasa Marga, pengelola jalan tol. Dahlan Iskan perlu dihargai karena berhasil menjalankan fungsi pengawasan manajemen internal.

Tetapi, kalau arus di loket tol sudah lancar (dengan sistem e-toll bahkan hanya perlu 5 detik per transaksi) apakah arus di dalam jalan tol juga lancar? Tentu saja sebaliknya. Semakin cepat transaksi di loket tol, akan semakin cepat pula jalan tol penuh dan jadi macet. 

Sebab pada dasarnya jalan tol memang bukan solusi yang lestari. Ia dibangun karena pada masanya, solusi seperti itulah yang dimungkinkan sistem dan keadaan yang berlaku. 

Daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi serta dan Bandung adalah tempat tinggal bagi lebih dari 30 juta. Ini adalah aglomerasi perkotaan terbesar kedua di dunia sesudah Tokyo. Dalam keadaan demikian, tidak mungkin transportasi penumpang sehari-hari mengandalkan kendaraan pribadi di atas jalan raya. 

Di negara maju saja, mayoritas penduduk perkotaannya tidak akan sanggup mengandalkan kendaraan pribadi. 

Harapan kita adalah sistem kereta api, baik di dalam Jakarta, kawasan metropolitan Jabodetabek, maupun antarkota setidaknya di seluruh Jawa. 

Mengingat kapasitas — dan popularitas — Dahlan Iskan yang demikian besar, maka kita layaknya mengharapkan yang besar pula dari beliau. 

Pak Dahlan, bangunlah sistem kereta api sebagai penyalur mobilitas mayoritas penduduk di Jabodetabek dan Jawa.

Ubahlah setidaknya satu lajur pada tiap jalur jalan tol di Jakarta menjadi jalur kereta api. Toh, tanah di bawah jalan tol itu masih milik negara dan PT Jasa Marga hanya memiliki hak guna. 

Karena baik PT Kereta Api maupun PT Jasa Marga berada di bawah kendali beliau, maka dengan kemampuannya yang hebat beliau tentu bisa membuat keduanya bekerja sama.

Dahlan Iskan perlu lebih dari sekadar marah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar