Flash Vortex

Mini Map

free counters

Minggu, 18 Maret 2012

Pelaku Bom di Belarusia Dieksekusi Mati


Liputan6.com, Minks: Belarusia telah mengeksekusi mati dua terpidana pengeboman kereta bawah tanah Minks yang dianggap sebagai aksi terorisme terburuk di negeri itu sejak lepas dari kekuasaan Uni Soviet. Dalam serangan yang terjadi 11 April 2011 itu, 15 orang meninggal dunia. Menurut stasiun televisi pemerintah, eksekusi itu sudah dilakukan Jumat lalu.
Kabar eksekusi ini diketahui sehari setelah saudara perempuan salah satu terpidana Vladislav Kovalyov seperti dikutip AFP menyatakan pemerintah sudah memberinya kabar soal eksekusi. Dalam persidangan Kovalyov menyatakan tidak bersalah atas tuduhan ikut serta dalam aksi berdarah itu dan mengajukan permohonan pengampunan pada pemerintah.
Satu terpidana lain yang juga dieksekusi adalah Dmitry Konovalov. Berbeda dengan Kovalyov, Konovalov sama sekali tidak menyangkal tuduhan. Pada pertengahan pekan lalu, Presiden Belarus Alexander Lukashenko menolak permohonan pengampunan kedua terpidana sehingga eksekusi harus dijalankan. Demikian dilansir BBC Indonesia, Ahad (18/3).
Sementara itu, keputusan pemerintah Belarusia melakukan eksekusi terhadap kedua terpidana itu mendapat kecaman keras dari Uni Eropa. Ketua Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Aston sebelumnya telah meminta Belarusia untuk membatalkan eksekusi. Uni Eropa juga mendesak Minks untuk melakukan moratorium penggunaan hukuman mati.
Belarus yang secara praktis terisolasi dengan dunia Barat adalah negara Eropa terakhir yang memberlakukan hukuman mati yang seringkali dilakukan secara rahasia.
Presiden Belarusia Alexander Lukashenko dikenal memerintah negaranya dengan tangan besi. Serangan bom di stasiun kereta bawah tanah Minks, terjadi April tahun lalu tak jauh dari kantor Presiden Lukashenko di ibu kota Minks.
Presiden Lukhasenko langsung menuding musuh-musuh pemerintah di dalam dan di luar negeri mendalangi serangan yang menurutnya dilakukan untuk mendongkelnya dari tampuk kekuasaan. Akibat adanya serangan itu, rezim Presiden Lukhasenko langung membekukan hak berunjuk rasa dan larangan-larangan lain terhadap kelompok oposisi.
Proses penyelidikan yang terbilang cepat dan minimnya motif dua tersangka utama yang baru berusia 25 tahun menimbulkan kecurigaan bahwa insiden itu adalah sebuah rekayasa pemerintah. Sejumlah kalangan menduga insiden itu kemudian dijadikan alasan aparat keamanan Belarus untuk membenarkan pembungkaman oposisi yang menentang Presiden Lukashenko.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar